Monday, March 30, 2015

Tabungan di Bank Syariah, akad Mudharabah itu apa?

Assalamu'alaykum..

Kali ini saya mau bahas tentang akad mudharabah dalam tabungan bank syariah, setelah kemarin akad wadiah. Hehe.

Kalau akad mudharabah itu konsep dasarnya adalah investasi.

Misal ada orang butuh dana 10juta buat bikin usaha rumah makan padang, dia pinjem ke bank konvensional sebesar 10 juta dengan bunga 10%. Artinya, kita mesti balikin duit 11 juta. Mau usaha kita untung atau rugi, pihak bank gamau tau, yang penting kita mesti balikin 11 juta. That’s konvensional.

Nah, kalo di akad mudharabah ini, yang bertransaksi ada dua pihak. Pihak yang punya dana (shahibul maal) dan pihak yang ngelola dana (mudharib). Kalo dalam kasus usaha rumah makan padang tadi, yang punya dana itu si bank, dan yang ngelola dana itu si pengusaha rumah padang. POIN penting disini, MUDHARABAH ITU BUKAN AKAD PINJAMAN tapi PENYERTAAN MODAL alias KERJA SAMA. Makanya akad mudharabah ngga bisa dipake buat beli barang konsumtif kaya kredit beli mobil, biasanya mudharabah itu dipake buat usaha alias kegiatan produktif.

Nah, pada saat modal 10juta akan diserahkan pada pengusaha, bank dan pengusaha bikin kesepakatan dulu, tentang jangka waktu, tata cara pengembalian dana, dan berapa porsi bagi hasilnya, misal 50:50 dari keuntungan. Akhirnya, setelah usaha berjalan si pengusaha mendapat untung dalam sebulan misalnya sebesar 1juta, berarti harus dibagi dong.. 500ribu buat bank 500ribu buat pengusaha. Dan pastinya modal si 10 juta itu dibalikin, wong usahanya untung.

Kalo untung nya 6 juta? Ya berarti bank dapet 3juta, si pengusaha dapet 3 juta.

Udah mulai nangkep konsepnya?? Ketika usaha maju dan menghasilkan untung besar, si bank pun ikut seneng karena dapetnya juga banyak, hihi.

Kalau ngga dapet apa-apa? Alias untungnya 0? Yaa pihak bank juga ngga dapet apa-apa.

NAH KALAU RUGI?? Diliat dulu. Ruginya disengaja atau ngga? Kalau ngga disengaja, yang nanggung kerugian itu si bank alias pemilik dana. Itu secara teori ya. Teori di kitab kuning yang bikin pusing, hehe. Sekali lagi, itu hanya teori. Rugi yang ngga disengaja itu contohnya dalam pertanian, rugi karena musim kemarau berkepanjangan. Tapi kalau secara logika, karena si pengusaha udah susah payah ngelola tapi ternyata hasilnya rugi yang bukan karena kesalahan dia, Kan ngebatin? hehe si bank ngga boleh biasa-biasa aja atau seneng dong, apalagi nuntut. Itu ngga boleh banget. Si Bank tetep harus merasakan kesedihan si pengusaha (ceileeh.. haha) dengan menanggung kerugian.

TAPI kalau kerugian itu disebabkan karena kelalaian si pengusaha, yaa kerugian harus ditanggung oleh si pengusaha.

Inilah yang namanya Sistem PLS, alias Profit and Loss Sharing, berbagi keuntungan.. berbagi kerugian..

Akad mudharabah ini sebenernya ada dua jenis. Ada Mudharabah Mutlaqah dan Mudharabah Muqayadah. Eeaaa bahasa apa lagi inih-_- hihi

Apa bedanya? Bedanya simpel.

Kalau Mudaharabah Mutlaqah, si pemilik dana alias si bank ngasih kekuasaan sepenuhnya ke si pengelola dana alias si pengusaha, terserah diye mau usaha apaan, dimane aje terserah dah.. pokonya bank ngga ngasih batasan. Hihi. Asal halal aje ye..

Kalau Mudaharabah Muqayadah, si pemilik dana alias si bank ngasih batasan atau syarat tertentu ke si pengusaha tentang usaha apa yang bakal dijalanin, dimana tempatnya, dll. Misalnya, si bank meminta pengusaha untuk menjalankan usaha rumah makan padang dan tempatnya deket-deket bank, ngga boleh jauh-jauh. hihi. Intinya ada syaratnya.

Oke udah segitu aja ulasan sederhana tentang akad mudharabah, ulasan di atas itu akad mudharabah yang “pembiayaaan” yah.. dimana si pemilik modal itu bank, si pengelola dana adalah pengusaha.

Nah kalo akad mudharabah dalam tabungan?? Ya berarti si pemilik dananya itu kita sebagai nasabah dan yang ngelola dananya itu si bank. Kalau usaha si bank untung, yaa berarti uang tabungan kita nambah. Nah, bedanya dengan akad wadiah disini kita baru dibolehin ‘ngarep’ tambahan uang, karena sifatnya investasi bukan ‘nitip’ kaya akad wadiah kemarin. Dan hati-hati.. tidak semua usaha mengalami keuntungan, ada kalanya suatu usaha mengalami kerugian, kita pun harus siap kalo sewaktu-waktu uang tabungan kita berkurang.

Mau nitip atau investasi? Mau Mudharabah atau Wadiah? Pilihannya tetep ada di tangan Anda. 

Tabungan
Mudharabah
Wadiah
(+)ada bagi hasil yang memungkinkan uang tabungan kita bertambah
(-)tidak ada bagi hasil tapi cuma bonus sukarela dari bank istilahnya ‘athaya
(-)sewaktu-waktu bisa rugi yang bikin duit tabungan kita berkurang
(+)uang tabungan kita ngga akan berkurang kecuali karena biaya administrasi J


Sayangnya, konsep mudharabah di Indonesia ini belum bener-bener murni mudharabah. Contohnya, tentang JAMINAN, seharusnya DALAM KITAB KUNING akad mudharabah ini tidak mengharuskan adanya jaminan dari si pengusaha. Tapi, karena tingkat Moral Hazard di Indonesia sangat tinggi, atau dengan kata lain moral masyarakatnya masih kurang bagus, makanya akad mudharabah masih memerlukan jaminan.

Juga contoh lain adalah tentang sistem PLS (profit and loss sharing), sebenernya di Indonesia masih penggunakan Revenue Sharing, kenapa? Ya karena itu juga Moral Hazard. Kalau revenue sharing yang dibagi itu seluruh pendapatan pengusaha yang belum dikurangin sama modal (biaya), bukan keuntungan. Kenapa? Soalnya.. banyak pengusaha yang memanipulasi jumlah modal(biaya) yang dikeluarkan, nilainya ditinggi-tinggiin, sehingga keuntungannya kecil. Astaghfirullaah.. 

4 comments:

  1. Wah baru tau kalo ternyata sistem syariah simple juga, sayangnya jarang ada yang tau ya, males juga kan baca kitab kuning #lah

    Nice post banget niiih, biasanya males kalo baca tentang ekonomi ginian, tapi ini dibuat simple ;D

    ReplyDelete
  2. Dari sistem syariah diatas, ada Akad Cicilan Syariah untuk Rumah yang bisa menguatkan kontrak pembelian rumah yang dipilih lohh

    ReplyDelete