Belakangan ini lagi seneng baca-baca
tentang asuransi nih, hihi daripada ilmunya disimpen sendiri lebih baik di-share hehe. Tapi, untuk
tulisan kali ini topiknya agak dipersempit dulu deh, kita fokus ke perbedaan
antara asuransi syariah dan asuransi konvensional mengingat banyak banget
masyarakat Indonesia yang belum tahu betul apa perbedaan dari keduanya.
Secara konsep dulu deh, kalau di asuransi
syariah itu prinsipnya pake prinsip risk
sharing (berbagi risiko).
Jadi, dasar yang dipake itu konsep tolong menolong, para peserta asuransi
syariah saling menanggung risiko sesama peserta asuransi dengan menyisihkan
sebagian dananya untuk iuran kebajikan (dana tabarru').
sedangkan di konvensional prinsipnya risk
transfer (pengalihan risiko),
risiko dari peserta asuransi dialihkan ke perusahaan asuransi sebagai
penanggung risiko.
NOTE ya!! Syariah itu sesama peserta
saling menananggung risiko. Konvensional itu risiko peserta dialihkan ke
perusahan asuransi. :)
Nah. Selanjutnya, dalam masalah PREMI.
Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan peserta asuransi ke perusahaan
asuransi. Dalam asuransi syariah, ada dua sistem. Pertama, sistem tabungan,
Kedua sistem nontabungan.
Kalau sistem tabungan, si uang premi itu
penggunaannya dibagi jadi tiga. premi tabungan, premi tabarru', dan premi biaya. Jadi
misalnya kalau kita bayar premi Rp 100.000, itu tuh dibagi lagi, Rp. 50.000
buat tabungan, 30.000 buat dana tabarru, sisanya 20.000 itu fee buat perusahaan.
Kalau premi tabarru', itu maksudnya dana
kebaikan. Jadi kayak infak gitu. Pas, asuransi berakhir, duit ini ngga akan
bisa balik lagi. Namanya juga infak. Tapi, asal tau aja, kalau ada klaim,
misalnya nih asuransi kecelakaan, kalau ada kecelakaan, dibayarnya pake duit
ini, PAKE DUIT INFAK INI. Kecil dong? Ngga lah. Coba bayangin kalo peserta
asuransinya ada 2000 orang, pasti total dan infaknya jadi 40 juta. Terus ngga
semua orang ngalamin kecelakaan secara bebarengan kan? dan duit 40 juta itu
cuma dalam sebulan, pastinya akan nambah gede seiring berjalannya waktu. Iya
gak? Nah.. Udah ketangkep belum konsep tolong menolong antarpesertanya? Hehe.
Kalau udah, alhamdulillaah deh :)
Nah, kalo premi biaya itu maksudnya fee buat perusahaan. Yaa itung-itung kita
ngasih upah ke perusahaan asuransi udah mau ngelola duit kita.
Nah, sistem kedua itu sistem nontabungan.
Jadi, dana premi dari peserta selurunya langsung dimasukkan ke dana tabarru' dan fee buat perusahaan. Dana tabarru' bisa diinvestasikan, dan jika
terdapat kelebihan dana atau surplus, keuntungan iinvestasi tersebut dapat
dibagi antara peserta dan perusahaan.
Kalo premi di konvensional itu adalah
sejumlah uang yang harus dibayar peserta asuransi untuk membeli asuransi pada
perusahaan yang telah mengambil alih risiko peserta asuransi. Makanya, premi
menjadi pendapatan penuh perusahaan. Perusahaan asuransi juga menginvestasikan
dana premi yang kita bayar. Tapi, keuntungan dari investasi itu ngga dikasih ke
peserta, semuanya buat perusahaan. Jika ada klaim, sumber dananya dari rekening
perusahaan.
Tuh, kalau dipikir-pikir perusahaan
asuransi syariah itu lebih untung. Kenapa? soalnya dia dapet pendapatan dari
fee, dari bagi hasil investasi, dan kalau pesertanya kenapa-kenapa, duit klaimnya
diambil dari dana tabarru' yang jelas jelas itu dana banyak
orang, bukan dananya dia. Dia ngga ngeluarin apa-apa.
Di setiap perusahaan asuransi syariah, ada
yang namanya DPS. Apa itu DPS? DPS itu kepanjangan dari Dewan Pengawas Syariah,
bawahan dari MUI yang mastiin semua sistem di perusahan itu SESUAI SYARIAH.
Kalau di asuransi konvensional, ngga ade beginian.
Sayangnya, di Indonesia ini tidak semua
orang setuju dengan konsep asuransi. Karena asuransi membicarakan hal yang
tidak pasti, maka sebagian orang masih menganggap praktik asuransi ini tidak
dibenarkan dalam islam. Ok, next post yah kita bicarain tentang asuransi dalam
islam.
Oh iya, tulisan ini bener-bener teoritis
banget yah. hehe. Praktik di lapangan dan di perusahaan bisa beda-beda. Bahkan,
kepercayaan menggunakan asuransi pun berbeda-beda dan kita ngga bisa maksain
kehendak kita agar semua orang setuju sama kita. Hehe. Sekian, ilmu yang bisa
saya share.. semoga bermanfaat. :)
Andri Soemitra, M.A. dalam buku Bank dan lembaga Keuangan Syariah Tahun 2009. Penerbit Kencana Prenadamedia Group Jakarta Indonesia.
Gambar from http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/02/02/manusia-bumi-menyembah-berhala-namanya-uang-435712.html
Gambar from http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/02/02/manusia-bumi-menyembah-berhala-namanya-uang-435712.html
#Asuransi #Syariah #konvensional #duit
Infonya bermanfaat banget Kakaaaaakkk :D
ReplyDeleteAlhamdulillaah.. makasih udah baca kakaak :D
ReplyDeleteWah asyik banget nih ngejelasinnya. Coba dosen ngejelasinnya kayak gini, dijamin cepet nyambung :D
ReplyDeletewahahaha, makasih mbak Leylaa :D
Deletekonsep tolong menolong antar peserta :D kece jugaaa :)
ReplyDeletemampir2 yaaaa ojo lali :D ada yg kece soalnyah :)
alhamdulillaah.. makasih mbak icha.. :) oke! :D
Deletehhhmm.. menarik postnya..
ReplyDeletejadi dilihatnya dari 2 hal ya..
secara keuangan, asuransi syariah ini fine2 aja karena gak mengandung riba atau dengan riba yang minimal (krn ujung2nya kan tetep BI yang merupakan bank konvensional.
secara aqidah jd kurang bisa diterima krn konsep takdir.. kalau aku denger dari kajian di radio, yang namanya asuransi bener2 gak boleh soalnyah..
Iyap. Bener banget mbak.. :)
DeleteMemang, secara hukum, masih ada beberapa pendapat ulama yang tidak membolehkan praktik asuransi syariah. Next post saya bahas yah mbak.
Alhamdulillaah, makasih yaa mbak udah sempet baca :)